NW ONLINE – Berikut 6 Cacat Attitude yang harus dihindari, teman merupakan orang yang berpengaruh banyak pada kita, sehingga kita harus pandai dalam berteman. Rasulullah SAW bersabda :
خُذْ مِنْ خَلِيْلِكَ مَا صَفَا وَدَعْ الَّذِيْ فِيْهِ الْكَدَرَ # فَالْعُمْرُ أَقْصَرُ مِنْ مُعَاتَبَةِ الْخَلِيْلِ عَلَى الْغَيْرِ
“Ambil dari temanmu yang murni dan tinggalkan yang keruh # Karena umur itu lebih pendek dari teguran teman atas perbuatan salah”.
Bukan hanya memilih dan memilah teman akan tetapi kita juga harus pandai merespon dari berbagai macam teman.
1. Tidak boleh mengagungkan harta yang dimilikinya
Seseorang yang mengangungkan orang lain karena kekayaannya niscaya orang tersebut akan binasa karena bagi Allah SWT dunia dan seisinya hanyalah hal kecil, sehingga orang yang menganggap agung sebuah benda hanyalah sampah dalam hakikatnya. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ
“Barangsiapa merendahkan hati pada orang kaya karena kekayaannya hilanglah 2/3 agamanya”
Betapapun hebatnya penduduk dunia tetaplah lemah dihadapan Allah SWT. Seseorang tidak boleh mengorbankan agamanya demi mendapatkan sebuah dunia . Orang yang melakukan hal itu pasti menjadi rendah dihadapan orang lain. Karena dunia adalah musuh Allah SWT dan kekasihnya. Nabi Muhammad saw bersabda:
حُبُّ الْمَالِ وَالشَّرَفِ يُنْبِتَانِ النِّفَاقَ فِي الْقَلْبِ كَمَا يَنْبُتُ الْمَاءُ الْبَقْلَ
“Cinta terhadap harta dan kedudukan dunia dapat menumbuhkan sifat munafik di dalam hati. sebagaimana air dapat menumbuhkan sayur-sayuran.”
2. Tidak boleh memusuhi seorang teman
Apabila seseorang memusuhimu, jangan dilawan dengan permusuhan pula karena tak akan sabar menghadapi perlawanan mereka, dan agamamu dapat menjadi pudar karenanya sehingga akan merasakan kesukaran yang lama. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berdamai dan ramah terhadap sesama. Hal ini sesuai dengan sabda beliau:
أَلْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ وَلَاخَيْرَ فِيْمَنْ لَايَأْلَفُ وَلَايُؤْلَفُ وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Orang Mukmin adalah orang yang ramah, dan diperlakukan dengan ramah, tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak bebuat ramah, dan tidak pula pada seseorang yang tidak dperlakukan dengan ramah, dan sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.” (HR: Al-Thabrani)
3. Jangan bangga dengan sanjungan orang lain
Jangan merasa senang dengan penghormatan, sanjungan, dan kecintaan yang mereka berikan. Jangan berharap ada ketulusan pada satu orang pun dari mereka. Karena, sebenarnya satu persen pun hal itu tak ada dalam hati mereka. Dan jangan harap mereka adalah orang yang sama saat dibelakang dan dihadapanmu.
Dan engkau jangan merasa heran apabila mereka mencela dibelakangmu dan jangan engkau marah terhadap tindakan mereka, karena apabila engkau menyadari hal itu pasti engkau pernah melakukan hal tersebut, bahkan kepada sahabatmu, kerabatmu sampai sampai kepada guru dan orang tuamu, karena dibelakang mereka engkau pernah menyebut mereka dengan sebutan yang tidak sama saat dihadapan mereka. Dan berhentilah berharap dari harta, pangkat, dan bantuan mereka, kerana kebanyakan orang yang mengharapkan pemberian orang lain akan rugi di kemudian hari dan secara pasti akan menjadi hina seketika.
Dalam hubungan pertemanan, hati seseorang jangan sampai condong terhadap orang lain (yang menampakkan kebaikan didepan saja namun dibelakang menyimpan permusuhan) ketika mereka memulyakan, menampakan kebaikan, kecintaan, dan pujian. Karena, sebenarnya satu persen pun hal itu tak ada dalam hati mereka.
خُذْ مِنْ خَلِيْلِكَ مَا صَفَا وَدَعْ الَّذِيْ فِيْهِ الْكَدَرَ # فَالْعُمْرُ أَقْصَرُ مِنْ مُعَاتَبَةِ الْخَلِيْلِ عَلَى الْغَيْرِ
“Ambil dari temanmu yang murni dan tinggalkan yang keruh dan kotor #
Karena umur itu lebih pendek dari teguran teman atas perbuatan salah”
4. Jangan marah ketika di cela
Jangan merasa heran apabila teman kenal (bukan sahabat karib) mencela dan jangan sampai marah terhadap tindakkan mereka itu karena apabila seseorang menyadari hal itu pasti akan mendapatkan hal yang sama seperti perbuatan mereka. Akan tetapi seorang muslim harus sabar akan cacian oang lain. Allah juga memuji orang orang yang bersabar dengan menyebut mereka dalam firmannya Allah:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳۳﴾ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿۱۳۴﴾
“bersegeralah kalian kepada ampunan tuhan dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yakni mereka yang menafkahkan hartanya baik disaat luang atau sempit, dan orang – orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imran : 133 – 134)
Dan Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ سُبحَانَهُ وَتَعَالى عَلَى رُؤُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ. رواه أبو داود، والترمذي، وقال: حديث حسن.
Dari Mu’adz bin Anas RA Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya dihadapan para makhluk sehingga Allah menyuruhnya memilih bidadari yang ia sukai.(HR. Abu Daud, Turmudzi)
5. Jangan berharap kepada orang lain
Seorang muslim harus memutuskan harapan kepada orang lian, baik dalam urusan harta, pangkat dan bantuan orang lain (teman kenal yang bukan sahabat karib) karena orang yang berharap akan menjadi rugi di hari kemudian dan seketika menjadi hina. Sebagian syair ulama menjelaskan tercelanya berharap kepada orang lain:
الَعَبْدُ حُرٌّ إِنْ قَنِعْ# وَالْحُرُّ عَبْدٌ إِنْ طَمَعْ
فَاقْنَعْ وَلَا تَطْمَعْ فَمَا #شَيْءٌ يُشِيْنُ سِوَى الطَّمَعْ
” Seorang budak itu (merasa) merdeka bila qona’ah, orang merdeka itu(merasa) budak jika berharap (pada orang lain), maka qona’ah-lah dan jangan berharap, tidak ada sesuatu yang menghinakan selain berharap (kepada orang lain).
Saat seseorang berharap kepada orang lain, dan tidak terpenuhi maka kekecewaanlah yang menyelimuti dirinya. Seorang mukmin tidak layak untuk berharap kepada orang lain. Sangat banyak kerugian jika seseorang melakukannya. Bahkan, bisa saja dia kufur karena harapannya. Jika saja harapannya ia sampaikan kepada Allah maka rahmat Allah tidak akan pergi dari hamba-nya yang berharap. Sebagaimana firman Allah:
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Dan hanya kepada tuhan-mu lah kamu berharap”(Al-Insyirah : 8)
Jika engkau meminta seseorang untuk memenuhi kebutuhanmu, maka berterima kasihlah pada Allah dan padanya. Tapi manakala orang itu tak bisa membantumu, jangan engkau mencela dan mengeluhkannya karena hal itu bisa menimbulkan permusuhan. Jadilah seorang mukmin yang menerima udzur orang lain. Jangan menjadi seorang munafik yang hanya mencari salah. Katakanlah, “Barang kali dia tidak dapat menolongku kerana dia memiliki udzur, sedangkan udzurannya tidak aku ketahui.”
6. Tidak berterima kasih atas pemberian orang lain
Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk tolong menolong, oleh karena itu sebagai umat islam harus saling membantu sesama lain. Dan ketika telah diberi bantuan seharusnya berterima kasih kepada Allah SWT dan juga kepada orang yang telah memberi bantuan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ أَسْدَى إلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوَا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka do’akanlah dia hingga engkau mengira do’amu sudah bisa membalas kebaikannya”. (HR. Ahmad)
Apabila seorang teman tidak bisa memberikan bantuan, kita jangan sampai mencela apalagi menyalahkan nya, terutama mengabarkan kepada orang lain atas keburukan (tidak mau membantu) yang dilakukannya, karena hal itu akan menimbulkan permusuhan.
Oleh karena itu seorang mukmin harus menjadi seorang yang menerima udzur (halangan) orang lain. Barang kali dia tidak dapat menolong kerana ada halangan yang tidak dapat dikesampingkan, sedangkan halangan itu tidak kita ketahui.
Sikap yang paling baik adalah berprasangka baik kepada orang lain, dan mudah memaafkan. Seorang mukmin harus mudah memaafkan orang lain ketika dia tidak bisa membantu. Keterangan ini berdasarkan firmannya Allah SWT:
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ
“Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT”
(QS: Asy-Syura: 40) | (Artike: 6 Cacat Attitude) Jika ada kesalahan, hubungi WhatsApp penulis: 0821-2336-1314