Pengajian Silaturahim PBNW
Jadwal Pengajian Silaturrahin PBNW Pada aula September ini dimulai dari Pondok Pesantren Darunnajihin NW Bagek Nyale Kecamatan Sakra Barat Lombok Timur NTB Senin (02/09/2019). Sekjend. PBNW NW Prof. Dr TGH Fakhrurrozi MA, yang ikut mendampingi dalam mukaddimah pengajian menyampaikan Ponpes Darunnajihin ini merupakan pondok pesantren yang bersejarah yang hadir dari zaman Maulana Syaikh pada tahun 1955 madrasah ini di dirikan. Adapun peletakan batu pertama madrasah ini langsung oleh Maulansyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (HAMZANWADI I) dan kini dilanjutkan oleh Syaikhuna Tuan Guru Bajang KH Muhammad Zainuddin Atsani (HAMZANWADI II) dalam rangka peletakan batu pertama untuk pembangunan Madrasah Ibtidaiyah Darunnajihin NW.
“Kehadiran beliau merupakan kebarokahan yang mengalir tiada henti dan tercurah harapan besar untuk keberlangsungan pondok pesantren ini,”ungkap Wakil Dekan Fak. Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram ini.
Sedang Ketua Umum PBNW Syaikhuna Tuan Guru Bajang KH Muhammad
Zainuddin Atsani, dalam irsyadatnya, memulai dengan ungkapan yang sering
didengungkan pendiri NW yaitu Kompak, Utuh, Bersatu. “Kita sekarang ini
berjuang dalam satu ikatan perjuangan Nahdlatul Wathan didalam pimpinan yang
sah sesuai konstitusi yang kita anut dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,”
tegasnya.
Syaikhuna Tuan Guru Bajang (panggilan akrabnya) juga
menceritakan kewalian pendiri NW yang sempat dilihat saat belaiu mengikuti
pengajian-pengajian ke setiap pelosok desa.
“Maulana Syaikh itu memiliki karomah yang tinggi, hal ini
muncul saat beliau berhasil melewati penjagaan polisi yang menghadang
beliau saat pengajian di Kebun Ayu, Lombok Barat, karena adanya penolakan dari
masyarakat yang tidak senang kepada beliau. Ada kejadian juga saat mobil beliau
bisa melewati jembatan yang penuh dengan air saat pergi pengajian di Narmada.
Termasuk beliau bisa mempersingkat perjalanan saat sehabis pengajian di tempat
yang jauh, hanya ditempuh 15 menit waktu pulang ke Pancor,” kenangnya.
Lanjutnya, untuk itu mari kita berjuangan di NW dengan cara biasa – biasa saja, jangan terlalu banyak keinginan, semua orang yang memiliki pondok pesantren hari ini ialah orang orang yang ikhlas memikirkan pengembangan Nahdlatul Wathan.
“Banyak juga penentang sejarah maupun yang takut hilang jabatan menjauh dari pimpinan yang sah, namun semoga semua bisa kembali dalam satu bingkai perjuangan untuk berjuang mengembangkan Nahdlatul Wathan,”harapnya.
Ia juga berpesan jangan rusak amal ibadah hanya karena hal-hal kecil. Ibdah kecil-kecil sebagai penambah pada ibadah besar seperti shalat, puasa, zakat. Intinya perbanyak ibadah karena dunia sudah tua dan snagt rusak akibat perilaku manusi itu sendiri.
Zaman ini adalah zaman bebas apalagi akan segera ada sirkuit di Loteng, dimana akan dibutuhkan ahli-ahli bahasa, pariwisata dan lain sebagainya. Jadi kita harus mempersiapkan kader yang siap dibidang pariwisata dengan keahlian agama.
“Ayo jamaah yang memiliki putra putri yang mau masuk di bidang bahasa, pariwisata supaya ikut masuk di perguruan tinggi kita buat yang khusus untuk dibina dalam pariwisata berkeahlian agama,”imbuhnya.(ari)
Sumber: nw.or.id