Cuplikan Buku Karamah Cinta Maulana
﴾28﴿
BER-LAJAR INTERNET
Bacaan nunggu berbuka
Sebarang NW lek dunie ine
(Wasiat Maulana al-Syaikh kepada Zainuddin II, 1996 dan 2016)
Suatu sore sang Tuan Guru Bajang memberikan kesaksiannya tentang suatu kebenaran. Kebenaran dan kesaksian kewalian niniknya. Kebenaran ketinggian kewalian niniknya. Ketinggian karamah niniknya. Keagungan karamah niniknya. Beliau menjelaskan kebenaran itu dengan keyakinan yang mungkin tak dimiliki oleh orang lain. Kebenaran yang dekat dengan kebenaran intuitif.
Beliau menjelaskan bahwa Maulana sebagai seorang wali besar memandang dunia ini seperti atlas, atau seperti peta, seperti globe, seperti dunia yang dibuat sebesar bola. Maulana tidak perlu memesan kendaraan jika saja harus menuju ke suatu tempat jika beliau menghendakinya. Dalam hitungan menit, detik atau bahkan dalam sepersekian detik beliau dapat mengunjungi tempat yang beliau kehendaki pada saat itu juga.
Beliau menjelaskan, jika Maulana ingin ke Makkah, beliau tinggal melangkah. Tidak bisa digambarkan perjalanannya namun bisa dibuktikan keberadaannya. Beliau bisa disaksikan keberadaanya. Kaifiyat sampainya ke tujuan tidak bisa dirumuskan dalam kala atau masa atau pun media. Pergi sesuai keinginan dan tentu sampai tujuan.
Karamah itu adalah keberadaan tanpa dimensi ruang tanpa dimensi waktu. Pengkaji tasawwuf menyebutnya thayyu al-zamân wa thayyu al-makân. Pemilik karamah dari Allah tersebut memiliki kemampuan seolah-olah melipat waktu dan menyatukan tempat. Para wali dengan tingkatan abdal misalnya dapat terlihat dalam lebih dari satu tempat di waktu yang persis sama secara akurat.
Salah satu karamah Maulana adalah prediksi zaman tentang akan maraknya pemanfaatan dan pengaruh dunia maya. Prediksi dan antisipasi tersebut diingatkan oleh Maulana al-Syaikh kepada salah satu cucunya. Ini adalah wujud kekhawasan Maulana pada situasi zaman dan antisipasi perubahannya.
Jika Anda di perintahkan oleh guru ‘ngaji Anda untuk mengaji kepada seorang guru lain setelah khatam atau tamat, maka itu wajar saja. Lalu jika guru ngaji yang baru tersebut menyuruh Anda mulazamah wirid dan bersalawat maka itu hal yang lumrah meskipun tidak mudah. Kalau Anda diminta belajar Bahasa Inggris oleh guru Bahasa Arab, nah ini mulai berasa aneh dan tak lumrah. Nah, bagaimana kalau seorang ulama sepuh yang tidak akrab Informasi dan Teknologi (IT) memerintahkan untuk belajar internet?
Mmm… kedengarannya tidaklah terlalu aneh belajar internet untuk ukuran saat ini. Yang aneh adalah jika perintah itu datang dari waliyullah bahkan raja waliyullah sedunia. Seorang waliyullah yang pernah menyesal tidak belajar Bahasa Inggris.
Tuan Guru Muhammad Zainuddin II ketika beberapa bulan jelang kepulangan Maulana kepada yang Kuasa, beliau mendapatkan perintah yang aneh. Di bulan-bulan itu beliau diperintahkan oleh kakeknya al-Magfurulah Tuan Guru Muhammad Zainuddin I untuk belajar internet. Saat itu internet belum lagi ramai penggunaanya seperti sekarang ini. Tak tanggung-tanggung Sang Tuan Guru muda alumni al-Shaulatiyyah itu mencari tempat belajar internet ke berbagai tempat di Mataram. Namun beliau tak menemukannya saat itu.
Beliau pun meminta izin agar bisa belajar internet di seberang pulau. Saat itu di Mataram Lombok belumlah ada tempat belajar khusus. “Inget tiang, waktu itu tiang dikasi uang 700 ribu”, kenang RTGB. Berangkatlah beliau ke Bali. Mulailah beliau belajar internet atau lebih tepatnya belajar IT di pulau dewata. Saat mendaftar pertama suasananya biasa saja. Namun setelah beliau memperkenalkan diri lebih jauh beliau akhirnya diperlakukan istimewa.
Beliau merasakan keanehan karena kursus tersebut ternyata menjadi tak berbayar hanya karena menyebut datu’ moyangnya. Demikian halnya ketika ia bercerita tentang mamiqnya; kebangsawanannya. Orang Bali yang ditemuinya tenyata sangat menghargai kaum bangsawan. Bangsawan bagi mereka adalah titisan raja. Apalagi yang dihadapi saat itu adalah kaum bangsawan atau ningrat tertinggi dalam kerajaan Majapahit maupun kerajaan Singosari; Gde. “Sampai tiang pulang uang itu ndak pernah tiang pake sepeser pun”, demikian tuturnya.
Tak cukup sebulan kursus tersebut tuntas dan peserta kursus IT utusan Maulana sudah sampai pada taraf mahir computer programmer dan website-designer. Beliau bercerita bahwa beliau merasakan kecepatan yang luar biasa pada saat belajar tersebut dan mampu dituntaskan lebih cepat dari jadwalnya.
Beliau pun pulang dan matur atau menjumpai niniknya.
“Ninik wah uleq tiang”
“Wah tao anta?”
”Nggih”
“Kee sebarang NW ne leq dunie ne”
Pesan ini adalah pesan belajar duniawi terakhir yang diterima oleh Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Tsani dari Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Pesan itu tidak dianggap terakhir kecuali setelah itu Gede tidak mendapatkan pesan sekolah atau training lain setelah itu.
#
Di dunia maya pun Tuan Guru Bajang Muhammad Zainuddin II bertemu niniknya. Saat itu beliau diminta kesiapannya untuk belajar dunia maya dalam alam kewalian. Alam maya artifisial atau buatan manusia sudah tuntas dipelajarinya atas perintah TGKH. Muhammad Zainuddin I. Ada persuaan dua Zainuddin itu di alam maya yang sesungguhnya. Zainuddin II diminta siap menyebarkan thariqah. Pada bulan kedua 2016, 20 tahun kemudian pesan yang sama diulang lagi “Sebarang NW lek dunie ine”.
Zainuddin II diminta belajar di dua alam yang berbeda dengan misi yang sama yakni menyebarkan NW ke penjuru dunia. Beliau diminta menyebarkan NW melalui alam maya internet dan alam maya kewalian. Beliau memasuki pendidikan shufi setelah mahir pernak-pernik duniawi.
Maulana sangat senang jika Nahdlatul Wathan tersebar ke seluruh dunia, ke seluruh bangsa, ke seluruh benua, ke seluruh alam zahir batinnya. Nahdlatul Wathan tidak hanya dikenal di alam nyata dalam wujud madrasah, sekolah dan segala amal usahanya namun seharusnya juga lebih hidup di alam maya (alam kewalian juga alam buatan manusia yakni web atau situs-nya).
Subhanallah. []