Pada pagi itu, semua jalan yang menuju kebun ayu dari segala penjuru dipagar betis. Dijaga ketat oleh aparat berseragam lengkap dengan senjata. Entah berapa banyaknya tak dapat dihitung. Konon ada instruksi kalau ada mobil putih itu lewat harus dicegat, kalo tidak mau dicegat tembak bannya.

Memang sejak malamnya, aparat sudah berkeliaran di Kebun Ayu dan sekitarnya. Mereka berusaha menggagalkan pengajian silaturahmi Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid di Madrasah NW Kebun Ayu. Maulanasyaikh yang sudah menerima laporan dari jamaah tentang suasana yang mencekam itu, mengaskan ; ‘’biar diledakkan bom di Kebun Ayu pengajian jalan terus.”

Demikianlah, setelah jarum jam menunjukkan angka 10.30 melajulah dengan tenang mobil putih (mobil setengah abad) yang beliau tumpangi di depan aparat yang berjejer di pinggir jalan di pertigaan jalan menuju Kebun Ayu. Sewaktu melihat mereka, Maulanasyaikh tiba-tiba berkata : ‘’Ni Tuan Guru Bajang Lawan’’, sembari melirik kepada Cucunya Lalu Gede Muhammad Zainuddin Ats-Tsani yang waktu itu baru berumur 8 tahun.

Ajaib, mereka yang berjejer di pinggir jalan itu tidak ada yang menegur dan tidak ada yang menyapa. Semua berdiri seperti patung. Demikian juga setelah sampai Kebun Ayu tampak banyak sekali aparat yang berjaga-jaga, semuanya membisu. Akhirnya sampailah Maulana Syaikh di lokasi pengajian, yaitu di Madrasah Ibtidaiyah NW KEBUN AYU.

Sesampainya Maulana al-Syaikh di lokasi pengajian, jamaah bertangisan karena menyangka Maulana al-Syaikh tidak akan datang karena situasi yang sedang genting. Di hadapan jamaah pengajian, Maulana al-Syaikh sambil memangku Tuan Guru Bajang, berulang-ulang kali mengatakan ” kacang arane ine, jemaq mun owah beleq Tuan Guru Bajang sine, mesaq-mesaqne ngadepin si ngene-ngene ” (Kacang namanya ini, besok kalau sudah besar Tuan Guru Bajang ini, sendirian dia akan menghadapi yang seperti ini). Polisi pun ikut mengaji sambil berjaga.

(Dikutip dari buku: “Orang Maroko Itu Sembuh di Lombok. Kumpulan Keramat Maulana Syaikh TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJDID Al-Anfanany”, yang ditulis oleh Mantan Sekjen PBNW, Drs. TGH. Abdul Hayyi Nukman, MM.)