“Keistimewaan Menjadi Thullab/Tholibat Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits NW”

Oleh: Prof. Dr. TGH. Fahrurrozi Dahlan, QH., MA (Angkatan MDQH NW Ke-33 | Sekjend PBNW)Keistimewaan

Ma’had adalah benteng penguatan keislaman, kebangsaan dan keumatan.

Ma’had adalah kumpulan-kumpulan mahasantri yang terlihat bersahaja saat menyantri namun berwibawa saat berada di tengah-tengah masyarakatnya

Ma’had adalah tumpuan hati sang maulana untuk melanjutkan misi risalah profetik kenabian

Ma’had adalah simbol keberkahan yang tak meski dia menjadi alim allaamah namun sisi keberkahanlah yang memfilternya menjadi orang selalu shaleh (potensial)  dan muslih (fungsional) dalam setiap ruang dan waktu

Ma’had adalah sentral pengkaderan keulamaan yang terintegrasi empat kecerdasan spiritualitas, Sosialitas, intelektualitas,  dan emosionalitas dalam satu tarikan nafas perjuangan

Ma’had adalah bukti karomah sang pencetak manusia genius,  lahu ma’hadun laa yabrahutthullaabu fii zillihi. Maulanassyaikh Sayyid Muhammad Amin Kutbi

Ma’had adalah pelipur lara Maulana,ummuna, Syaikhuna dalam segala dimensi kehidupan perjuangan. Karena memang ma’had adalah tautan hati sang Maulana. Pencerah Ummat

Ma’had DQH selalu hadir dalam relung hati masyarakat di mana saja alumni berada.

Ma’had DQH NW adalah lentera penerang dalam sisi gelapnya kehidupan manusia. MDQH selalu hadir sebagai pelita dalam kegelapan baik kegelapan kebodohan maupun kegelapan moral.

Ma’had DQH NW laksana jembatan penghubung dua kutub kehidupan,  kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi.

Ma’had DQH itu tak perlu diseleksi saat masuk namun dia terseleksi di tengah-tengah masyarakatnya.

Ma’had DQH NW itu laksana emas mutiara selalu dicari dan diburu oleh semua orang, justru itu ma’had DQH NW tak pernah lelah bersosialisi diri.

Baca juga

“Nazham Batu Ngompal” Menggali Sisi Filososfis Karya Agung Maulanassyaikh (Part III)

Ma’had DQH NW itu hadir sebagai ganti pendirinya dalam menyebarkan islam yang ramah,  bukan penceramah yang pemarah namun santun dalam dialektika perbedaan.

Ma’had DQH NW itu lembaga yang konsent dengan kajian turastnya yang tak akan dirubah kurikulum kajiannya sepanjang masa, karena di situlah keunggulan Ma’had DQH NW dengan lembaga-lembaga yang lain.

Ma’had DQH NW itu hanya berseragamkan warna putih: peci putih,baju koko putih, sarung putih sebagai simbol menuju kesucian pikiran, hati, tindakan dan perbuatan.

Ma’had DQH NW itu laksana matahari yang setiap hari tak pernah jemu menyinari bumi dan planet yang lain. Tak penting baginya apakah dia menerima cahaya itu ataukah tak diterimanya terpenting semuanya memberikan manfaat karena cahayanya.

Ma’had DQH NW itu tak penting baginya, mau tidur ataukah mau melek dalam setiap hari pembelajarannya namun yang terpenting adalah ada hal keberkahan yang terpancarkan bagi siapa saja yang masuk dalam lingkarannya.

Ma’had DQH NW itu lembaga yang duduk bersila, beralaskan sajadah bertopangkan dua lutut kaki, terkadang tak tersadar bahwa mata kakinya bertambah namun di situlah khalaqah ilmiah berkah yang tak tertara dan tak tertandingi.