NW Online | Sabtu, 30 Maret 2019 06:30

Dalam menjalani bahtera kehidupan ini, Allah Subhanahu wata’ala memberikan kita anugerah sekaligus amanah dan dengan ikhtiar yang Allah berikan maka manusia akan menjadi makhluk yang sangat istimewa, yaitu dengan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Jikalau malaikat adalah makhluk Allah yang sangat mulia maka sudah barang tentu karena malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah. Namun jika manusia taat kepada Allah maka manusia akan lebih mulia daripada malaikat. Akan tetapi jika sebaliknya, maka manusia akan lebih buruk dan lebih hina dari binatang. Na’uzubillah

Sehingga kita dituntut untuk selalu bersyukur atas ketaatan yang Allah berikan pada kita, karena pada  hakikatnya ketaatan itu adalah nikmat yang besar, baik berupa shalat, bangun malam, berpuasa, bermunajat kepada-Nya, kesemuanya itu atas nikmat dan dengan izin-Nya. Begitu juga ketika kita terjerumus dalam kemaksiatan, hendaknya tidak berputus asa dari rahmat-Nya.

Setiap orang pasti memiliki riwayat hitam dalam hidupnya berupa kemaksiatan kepada Allah SWT. Adakalanya kita sulit sekali meninggalkan kemaksiatan tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam kitab Mawa’izh Al-Usfuriyyah, surga itu dekat dengan hal-hal yang dibenci dan neraka itu dekat dengan hal-hal yang disukai. Artinya, untuk melakukan kebaikan yang ganjaran pahalanya sangat besar dari Allah SWT menjalaninya lebih sulit dari pada bermaksiat yang memang kelihatannya nikmat, namun hanya sesaat.

Asy-Syekh Mutawalli As-Sya’rawi berkata, “Kamu melakukan sesuatu yang haram, kamu tahu itu haram tapi tidak bisa meninggalkannya, maka bacalah doa ini:”

أللهمَّ احْرمْنِي لَذَّةَ مَعْصِيَتِكَ، وَارْزُقْنِي لَذَّةَ طَاعَتِكَ

Allâhumma ahrimnî ladzdzata ma‘shiyatika, warzuqnî ladzdzata thâ‘atika.

Artinya, “Ya Allah, luputkan aku dari kelezatan maksiat kepada-Mu, dan berikanlah aku kelezatan untuk taat kepada-Mu.”

Dinukil dari kitab Ihya’ Ulumuddin Imam Al-Ghazali pada Bab Taubat, bahwa Allah SWT memberi batas maksimal setiap hati dalam mengulang ulang dosa (tanpa taubat) hingga saat batas itu telah terlampaui, Allah sendiri yg akan mengunci mati hati hamba-Nya. Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman:

فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ

“Kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.” (QS. Al-Munafiqun : 3)

Dan hati yang telah dikunci tak akan ada lagi harapan taubat kecuali kematian suul khotimah Naudhubillahi min dzalik. Semoga kita selalu dalam lindunganNya. Aamiin Allahumma Aamiin

Wallahu A’lam.