MAULANA SYAIKH TUAN GURU KYAI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID BELAJAR DARI KOMITMEN DAN DEDIKASI TERHADAP AGAMA, BANGSA DAN NEGARA | Pahlawan Nasional

Oleh: Prof. Dr. TGH. Fahrurrozi Dahlan, QH., SS., MA.

(Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, Alumni Ma’had DQH NW Angkatan 33 (1997) – Guru Besar Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Provinsi NTB, Anggota Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Pahlawan Nasional- Kab.Lombok Timur 2014-2015)

Pahlawan Nasional Maulanassyaikh: Mengapa Negara menganugerahkan?

Dua puluh tahun pascawafatnya Maulanassyaikh tepatnya tanggal 21 Oktober 1997 M dengan perjuangan yang tidak gampang, perjuangan yang berliku-liku akhirnya pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo menganugerahkan penghargaan tertinggi bagi anak bangsa yang memiliki trackrecord perjuangan untuk agama, bangsa dan negara berupa gelar Pahlawan Nasional kepada Putra Terbaik Bangsa khususnya Putra Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 6 November 2017 yaitu Maulanassyaikh TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfanany al-Masyhur. Tercatat dalam lembaran Sejarah Negara dalam keputusan Presiden RI Nomor: 115/TK/ TAHUN 2017, Tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional tanggal 6 November 2017  bahwa pengakuan negara atas jasa dan perjuangan Maualanassyaikh bukanlah semata penghargaan tertinggi, tapi yang paling tinggi justru bagaimana para generasi pelanjutnya mampu mengembangkan visi misi kebangsaan dan keagamaan yang belum tuntas dilaksanakan oleh Sang Pahlawan Nasional, atau minimal mempertahankan visi misi dan amal shaleh yang telah ditorehkan oleh beliau selama lebih setengah abad mengabdi untuk agama, nusa dan bangsa.

Untuk memperdalam keyakinan kita selaku warga Nahdiyyin- Nahdhiyyat – Warga Negara Indonesia secara umum atas kifrah dan perjuangan Maulanassyaikh terhadap agama, nusa dan bangsa, sehingga dianugerahkan Pahlawan Nasional oleh negera. Patut kita cermati secara mendalam alasan-alasan filosofis-normatif, sosiologis-empiris baik yang dikatakan lansung maupun yang dilaksanakan oleh Maulanassyaikh TGKH.M.Zainuddin Abdul Majid, berikut sedikit ulasan tentang hal tersebut yang penulis urai secara singkat.

Menurut hasil riset dan pembacaan penulis, ada beberapa alasan utama Maulanassyaikh memiliki kepantasan dan kepatutan menjadi Pahlawan Nasional, minimal  ada tiga hal utama yang melatarbelakanginya:

Pertama: Pemikiran Intelektualitas dan Kharisma keulamaan

Lombok dan Indonesia dikenal dunia karena Ulama’nya disebut di mana mana. Artinya alangkah besar jasanya Ulama semisal Maulanassyaikh mempromosikan Indonesia di belahan dunia dengan gratis tanpa bayar. Dinas pariwisata terbantukan karena sebab keilmuan para ulama. karya karya ilmiahnya dibaca di seantero belahan dunia. Tak diragukan sedikitpun tentang kiprahnya dalam aspek ini.

Penting untuk dicermati selogan organisasi Nahdlatul Wathan yang dicetuskan lansung oleh Maulanassyaikh TGKH.M.Zainuddin Abdul Madjid yang berbunyi: Turahhibu bi al-hadîts wa tahtarimu al-qadîm wa tarbitu bainahumâ. Selogan NW:  Merespond  yang Baru (inovasi)-Menghargai yang lama (refleksi tradisi) dan Mensinergikan kedua-duanya (Moderasi). Selogan ini sejalan dengan selogan yang dipopulerkan oleh Organisasi Nahdlatul Ulama, al-Muhâfazhah alâ  al-qadîm al-shâleh wa al-akhzu bi al-jadîd al-ashlah.

Berdasarkan Statemen Maulanasyaikh TGKH. M.Zainuddin Abdul Madjid di atas. Maulanassyaikh TGKH.M. Zainuddin Abdul Madjid menegasikan kekhasan pikiran intelektualitasnya pada 4 pilar pemikiran (fikrah-afkâr).

Pertama: al-Fikrah al-Nahdhiyyah (Pemikiran kebangkitan) yang mencakup:

1) al-Nahdhah al-Tarbiyyah [kebangkitan edukasi formal kelembagaan]

Kalau Nanda Memang Setia

Pasti Selalu Siap Siaga

Membantu Ayahanda Membela Agama

di Bulan Bintang Bersinar Lima

(Wasiat Renungan Masa pengalaman Baru Bait no. 162)

“NWDI dan NBDI-mu

Jalan menuju kelangit ilmu

Terus kebulan sampai bertemu

Sinar yang lima nyinari penjuru ( w.101. h.119 )

Pahlawan Nasional

Identitas Ke-Nahdhatul Wathan-an yang diajarkan oleh pendiri NWDI, NBDI dan NW merupakan identitas kelembagaan khas sebagai cerminan pemikiran keagamaan Maulanassyaikh yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Salah satu inovasi dan improvisasi yang dilakukan oleh beliau TGKH.M. Zainuddin Abdul Madjid adalah meletakkan identitas lembaga pendidikan dibawah naungan organisasi Nahdhatul Wathan dengan lebel “NW“ seperti Yayasan Perguruan NW mulai dari tingkat paling rendah sampai jenjang yang paling tinggi, seperti TK NW, SD NW, MI NW, MTs NW, MA NW/SMA/SMK/MAK NW dan STKIP NW, STMIK NW, IAIH NW, UNIV NW.

Identitas dengan penegasan lebel “NW“ di lembaga pendidikan memberikan nilai filosofis sebagai berikut:

a. Peneguhan akan esistensi kelembagaan sebagai barisan yang tidak terpisahkan dengan organisasi NW

b. Penegasan akan identitas kelembagaan yang secara aplikatif bergantung kepada organisasi NW

c. Pola pembinaan yang koordinatif dengan organisasi NW yang secara tegas menunjukkan identitas kelembagaannya.

d. Mempermudah pola komunikasi dan jaringan koordinasi pembinaan yang dilakukan oleh pengurus organisasi NW mulai dari Pengurus Besar sampai Pengurus Ranting.

Adanya identitas mempermudah pembinaan dan pemberdayaan dalam segala lini oleh pemangku kebijakan di tingkat organisasi NW. Hemat penulis hanya organisasi NW yang memberikan lebel langsung di setiap lembaga kependidikan maupun lembaga sosial, ekonomi dan seterusnya. Jadi, identitas ke-NW-an pada setiap lembaga pendidikan, sosial, ekonomi, budaya memberikan makna penegasan terhadap ruh perjuangan ke-NW-an bagi lembaga dan pengelolanya.