NW Online | 22 Februari 2019 18:25
Oleh: Prof. Dr. TGH. Fahrurrozi Dahlan, QH.,SS.,MA
Ada beberapa ungkapan strategies Maulanassyaikh dalam syair-syair khass beliau tentang belajar ilmu nahwu dan ilmu sharaf.
Pertama: Syair yang termaktub dalam kitab Buhgyatul Mustarsyidin fi tarjamati aimmatil mujtahidin radiyallahu anhum karya Maulanassyaikh Hasan Massyath yang disyarah dan dikomentari oleh Maulanassyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid. halaman. 94 .
قال ابن اخت خالة الناشر:
يامن يروم الكتاب او حديث النبي * بغير نحو وصرف اقصرن يا غبي
انت حمار الكتاب وحديث النبي * انت أضر من الحكيم (توما) الغبي
Berkata Anak saudari bibik penyebar kitab ini. Maksudnya Keponakan Bibik kandung dari saudara Ibu Kandung atau babak kandung penyebar kitab ini. Maksudnya Maulanassyaikh.
Siapa saja yang ingin belajar Alquran maupun alhadis* tanpa mengerti ilmu nahwu dan ilmu sharaf mundurlah anda wahai si tolol.
Engkau laksana himar keledai pemikul kitab dan pemikul kitab kitab hadis * Engkau lebih bahaya dari Hakim Tuma yang goblok tolol.
Ada terminologi Arab yang tak lazim yang disebut Maulanassyaikh… Ibnu Ukhti Kholah.
ابن anak اخت :saudara خالة bibik dari jalur ibu
Ini termenologi baru dalam istilah bahasa Arab. Yang biasanya berbunyi: فلان بن فلان بن فلان
Berikutnya Ilmu nahwu dan ilmu sharaf menjadi kata kunci untuk memahami kitab suci al-quran dan al-hadis dan kitab turast lainnya sebab pemahaman terhadap al-quran dan alhadis dan kitab turas induknya harus faham gramatikal bahasa Arab sebab jika tidak mengerti ilmu nahwu dan sharaf maka itu manusia yang paling bahaya jika memahami kitab suci dan kitab turas laksana binatang hemar hanya bisa memikul dan membawA saja tapi tidak bisa dibaca. Celakanya lebih bahaya dari hakim tuma yang goblok yang menetapkan hukum tanpa memahami makna teks. Menurut Maulanassyaikh Hakim Tuma itu membaca ibarat
الحبة السوداء دواء لكل داء
Jintan hitam obat segala penyakit.
Namun Karena Goblok tak ngerti ilmu nahwu sharaf dia baca ibarat dengan
الحية السوداء دواء من كل داء
Dia menterjemahkan: Ular Hitam menjadi obat segala penyakit.
Itulah contoh hakim tuma yang menghakimi dengan cara yang salah.
Kedua: Dalam syair
يامن يروم العلا
يامن يروم العلا دنيا وفى اخرة * اطلب فنون العلوم فى مدى الزمن
اطلب بجد ولا تكسل ولا تهن* ان العلوم تكون احسن السفن
اخا العلا لا يتم العلم الا اذا * طلبته مخلصا بنهضة الوطن
فانها اقدم مدارس الوطن* فيها الاساتذة الاكفا ذوو فطن
فيها العلوم كذا مكارم الخلق * وقد تخرج منها انجم الوطن
فيها الشريعة والحقيقة الحسنة * فيها طريقتنا من اعظم المنن
والنحو والصرف والفقه الاصول الفلق* مع البلاغة والتفسير والسنن
فيها اللغات مع الحساب والهندسة * والجبر والكميا جغرافيا الوطن
واعلم اخي اننا فى زمن الفتن* حتى يروا حسنا ما ليس بالحسن
والجهل فى الناس قد فشا وطم وعم * حتى على فوق زروة جبال رنجانى
وكل من فسر القران مع جهله * بالنحو والصرف انه ابو الفتن
واتخذوا الرؤسا الجهال والفسقة * فنشروا فتنة الدجال فى المدن
فالله يعصمنا من شرهم ابدا * والله يعلم المفسد من المحسن
فاطلب هداية مولانا العلي ابدا * والزم قراءة حزب نهضة الوطن
Kata kuncinya pada bait:
وكل من فسر القران مع جهله……
Siapa saja yang menafsirkan alquran tanpa memahami ilmu nahwu dan sharaf maka dia sesungguhnya menjadi sumber fitnah sumber berita Hoak.
Berangkat dari pernyataan Maulanassyaikh ini terlihat kecendrungan pondok pesantren NW lebih menonjol dan menguat dalam bidang ilmu nahwu dan ilmu gramatikal lainnya.Ini tidak terlepas dari doktrin penguatan ilmu nahwu sharaf sebagai kunci memahami kitab berbahasa Arab.
(Analisa Alfaqier H. Fahrurrozi Dahlan. QH-semoga bermanfaat untuk kita kenang karya karya Maulanassyaikh) 21022019.