NTB News – Batu Basong (basong=anjing) merupakan nama dusun di desa Suntalangu Kecamatan Suela Lombok Timur. Dinamakan demikian, karena konon pada zaman dahulu ada seekor anjing milik ‘datu’ yang tertinggal di pinggiran hutan. Karena lama menunggu tuannya, akhirnya anjing itu berubah menjadi batu.
Suntalangu sebelum menjadi Desa, merupakan satu kekadusan dari Desa Ketangga, yaitu Dusun Batu Basong (batu=batu, Basong=Anjing). Nama ini memang cukup unik dan seringkali mengundang pertanyaan, kenapa dinamakan Batu Basong yang sampai saat ini diperguanakan sebagai nama dua dusun dalam wilayah Desa Suntalangu?
Beberapa keterangan yang dapat dihimpun dari penuturan para tokoh masyarakat dan tokoh adat, didapat kisahnya sebagai berikut :
Konon pada masa lalu, Pulau Lombok adalah sebuah kerajaan besar yang bernama Kerajaan Selaparang. Kerajaan ini pernah diinvasi oleh kerajaan tetangga dari pulau Dewata Bali. Dalam suasana yang tidak menentu, pengaruh raja Bali ini semakin luas, dilain pihak kekuasaan raja Selaparang terasa semakin terdesak. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi tanpa diduga. Oleh karena itu, untuk menjaga serangan yang tiba-tiba datang dari pasukan Raja Bali ke pusat pemerintahan raja Selaparang, maka raja mengajak keluarganya untuk mengungsi meninggalkan kotaraja Selaparang.
Karena menganggap pengungsian itu akan memakan waktu yang cukup lama, selain keluarga, raja mengajak serta patih dan pengawal istana, serta membawa pula binatang piaraan dan binatang kesayangan raja seperti sapi, kerbau, kucing, anjing dan sebagainya.
Raja menduga bahwa serangan jika terjadi, akan datang dari arah timur, maka raja mengambil inisiatif untuk mengungsi ke arah barat daya. Beberapa hari kemudian, sampailah raja beserta rombongannya di suatu tempat di tengah hutan yang berbatasan dengan kali/sungai besar yang membentang dari utara ke selatan. Pada saat yang bersamaan sedang terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir besar di sungai tersebut. Karena banjir inilah raja dan rombongan menghentikan langkah perjalanannya, namun karena inisiatif brilliant seorang raja sakti, maka beliau dengan mudah menyeberangkan keluarga dan binatang piarannya ke seberang.
Satu-satunya yang tidak dapat diseberangkan (karena najis) adalah seekor anjing (bahasa Sasak : “Basong”). Anjing inilah yang lama kelamaan menunggu tuannya datang akhirnya berubah menjadi batu, sehingga lingkungan hutan dan sekitarnya dinamakanlah Batu Basong. Batu ini masih ada sampai sekarang sebagai peninggalan jejak-jejak sejarah.
Lama setelah itu, ketika suatu hari raja melewati jalan yang sama, dia melihat disitu ada batu yang berbentuk anjing. Beliau heran dan termangu, lalu beliau ingat bahwa itu adalah anjingnya yang ditinggalkan beberapa waktu yang lalu. Dari kejadian itu, maka pengikut raja menamakan hutan sekitar itu “Sultan Mangu” atau Raja termangu/termenung/heran/bingung. Kata Sultan Mangu lama kelamaan karena adaptasi lidah masyarakat berubah menjadi Suntalangu.
Setelah terjadi pemekaran dari Desa Ketangga, kedua istilah ini diabadikan, dimana Suntalangu dijadikan nama desa secara resmi dengan pusat pemerintahan di Batu Basong. Nama Batu Basong sesungguhnya pernah akan diganti. Sekitar tahun 1975-an, ketika itu nama yang dipromosikan adalah “Batu Kepeng” (kepeng=uang) dan “Batu Ngongkong” (ngongkong=menggonggong). Nama itu ditulis besar di pintu masuk Desa Suntalangu, tetapi keakraban masyarakat dengan nama Batu Basong tidak pernah dapat merubah namanya sampai sekarang.
Itulah dia sejarah dinamakan desa Batu Basong (Batu Anjing)
Sumber: Berbagi Informasi