TANTANGAN BERDAKWAH DITENGAH PANDEMI COVID-19

Oleh :
Muhammad Amrillah, M. Sos.
(Dosen Tetap Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah IAI Hamzanwadi NW Lombok Timur)

Sejak covid melanda negara ini, pemerintah sering memberlakukan lockdown (kini namanya PPKM) yang relatif lama di semua Provinsi dan Kabupaten/Kota agar pandemi dapat dikendalikan dan hampir seluruh ruang kegiatan masyarakat dipersempit, guna mencegah kerumunan dan memutus mata rantai Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Hal tersebut juga membuat aktivitas dakwah di Indonesia harus dibatasi. Lantas bagaimana dakwah di Indonesia dapat tetap berjalan selama pandemi dengan segala keterbatasan yang ada?.
Berdakwah di masa pandemi punya kesulitan tersendiri. Masyarakat Indonesia yang biasa menggelar majelis taklim atau tablig akbar untuk menyampaikan materi dakwahnya, kini harus dibatasi bahkan ditiadakan. Hal tersebut menjadi kesempatan bagi para dai dan juru dakwah untuk mengasah kreativitas, agar dakwah tetap dapat sampai ke masyarakat.

“Saat ini penggunaan internet, platform digital, dan media sosial menjadi sarana yang paling memungkinkan untuk berdakwah. Jadi pendakwah intinya melihat bagaimana memanfaatkan inovasi, karena saat ini adalah kesempatan dimana semua aktivitas bisa diunggah melalui media online. Kita bisa memanfaatkan medsos sebagai alat penyebaran dakwah, agar mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat muslim,”

Meskipun dakwah dilakukan melalui medsos baik video ataupun tulisan, pendakwah harus tetap berpacu pada surat An-Nahl ayat 125, yaitu menyampaikan dakwah dengan tutur yang baik, serta memberikan bantahan menggunakan cara dan bahasa bahasa yang santun. Selain itu, pendakwah pun harus memperhatikan tingkat pendidikan jamaah untuk menyesuaikan materi yang akan diberikan.
“Hal ini agar materi yang disampaikan pendakwah dapat diterima baik oleh masyarakat, karena Rasulullah bersabda, berbicaralah kepada seseorang dengan memperhatikan kadar akal dan daya fikir mereka. Jangan sampai apa yang disampaikan pendakwah tidak diterima baik oleh mad’u,”.
Kemudian konsep dakwah di medsos tidak hanya menyampaikan ajaran atau poin keislaman, tetapi mengajak masyarakat mengaplikasikan Islam ke dalam kehidupan. Berdakwah di medsos tentu berpotensi dan menguntungkan, karena selama pandemi masyarakat sangat konsumtif dalam penggunaan medsos dan internet.
“Meskipun sangat menguntungkan, medsos berpotensi menjadikan segala akses informasi terbuka, sehingga hal negatif juga dapat terjadi dalam berdakwah. Banyak oknum di medsos yang berkedok dakwah, tetapi melakukan penipuan dengan dalih bersedekah, bahkan menyisipkan materi yang bersifat radikal,” ungkapnya.
Sebagai bonus sosial ekonomi di Indonesia telah menjadi objek signifikan dari klien media berbasis web, yang menyiratkan bahwa usia milenial mengambil bagian penting dalam mengendalikan masuk ke media online. Mereka perlu lebih mengembangkan budaya pendidikan, tidak menelan data mentah, terutama tentang data yang diidentikkan dengan dakwah Islam. Maka, generasi milenial harus dapat mengontrol masyarakat dalam mencegah penyebaran dakwah yang melenceng di medsos.