NWOnline| Ahad, 27 Januari 2019 06:00
Pada suatu pagi, datanglah berkunjung kepada Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid seorang murid dari Kembang Kerang Lombok Timur. Sang murid menyampaikan maksud kedatangannya seraya berkata: “Saya sudah bernazar kalau dikaruniai anak laki-laki, saya akan mencukurnya di maqam Datok Badar di depan mimbar masjid Pancor. Alahamdulillah telah lahir anak saya laki-laki. Untuk itu saya memohon kesediaan Maulana Syaikh untuk mencukur anak saya itu.” Maulana Syaikh lansung menjawab, “Ya, mari kita berangkat.” “Tapi hujan mulai turun Maulana Syaikh”, kata sang murid kepada Maulana Syaikh. “Mengapa engkau takut sama hujan, mari kita berangkat”, tegas Maulana Syaikh.
Lalu berangkatlah Maulana Syaikh diiringi sang murid berjalan kaki tanpa membawa payung. Ketika baru sampai di perempatan Pancor turunlah hujan dengan begitu lebatnya bagaikan ditumpahkan dari langit. Waktu itu tampaklah kekeramatan Maulana Syaikh yang disaksikan lansung oleh sang murid sebagai waliyullah. Dan ajaibnya, Maulana Syaikh bersama sang murid tidak ada yang basah meskipun diguyur hujan yang sangat lebat itu.
Sang murid itu adalah H. Zainuddin dan bayi yang dicukur itu, kini kita kenal dengan nama TGH. Ruslan Zain An-Nahdli, ‘Amid Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Asy-Syafi’iyyah Nahdlatul Wathan ke-4, alumni Madrasah Shaulatiyyah Makkah Al-Mukarramah.
Sumber: Buku “ORANG MAROKO ITU SEMBUH DI LOMBOK” Kumpulan Keramat Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Anfanany Al-Masyhur. Oleh: Dr. TGH. Abdul Hayyi Nu’man.
#NWOnline #NWCreativeMedia