“HIKMAH ILAHIYYAH DI BALIK SUATU MUSIBAH”

12 TIPS MENGHADAPI SEGALA WABAH DAN MUSIBAH MENURUT IMAM SYAFI’I RADHIYALLAHU ANHU.
Oleh: Prof. Dr. TGH. Fahrurrozi Dahlan. QH., MA
(Profesor Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram – Sekjend PB NW)

nwonline.or.id – Musibah (مصيبة) bukan saja bahasa yang mungkin ditakuti semua orang, tapi sesungguhnya musibah itu bahasa ilahiyyah (ما اصابك من مصيبة فمن الله) bahasa Tuhan yang memiliki dimensi teologis sekaligus dimensi filosofis-sufistis dan Psikis.

Dalam dimensi teologis, musibah sebagai ketetapan Qada’ dan Qadar Allah dalam bingkai sunnatullah yang diberikan kepada Hamba-Nya agar teruji kesetiaan keimanannya kepada Allah swt. Sedangkan dalam dimensi filosofis lafaz musibah sebagai dimensi kebaikan yang akan diperoleh bagi siapa saja yang diuji secara nalar dan sosial dalam menghadapi dinamika kehidupan. Musibah terambil dari kata (صواب. اصاب يصيب إصابة ومصيبة ) bermakna benar dan kebenaran. Maknanya bahwa orang yang menerima musibah dapat dipastikan meraih hikmah kebenaran dari sisi musibah itu sendiri, tentu bervariasi sesuai tingkat nalar teologis, nalar filosofis dan nalar sosial masing-masing hamba.

Artinya segala sesuatunya yang terjadi karena ketetapan Allah pasti banyak kandungan hikmah dan ibrah sekaligus manfaat bagi keberlangsungan kehidupan manusia ( Mashaaibu Qaumin inda Qaumin Fawaaidu wa manaafi’u- مصائب قوم عند قوم فوائد ومنافع) di balik musibah di suatu kaum pasti memiliki manfaat dan keuntungan bagi kaum yang lain.
Sedangkan mushibah dalam tataran sufistik, memberikan pembelajaran akan hakikat lemahnya kekuatan manusia, manusia tak punya daya upaya dalam mengatasi urusan duniawi apalagi ukhrawi melain harus menyerahkan kepada kekuasaan dan pertolongan Allah swt. Musibah memberikan pembelajaran positif bagi yang beriman agar mawas diri dan sadar diri akan edisi perkembalian diri ke hakikat tak memiliki apa apa di sisi ilahi.

Saat ini masyarakat sedang ditimpa musibah besar di mana musibah ini melanda seluruh elemen manusia sejagad tak mengenal tua muda rakyat jelata bahkan penguasa. Maka kemungkinan dalam wabah Corona ini tercermin dua sisi, seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Imam Rifa’i al-Kabir dalam kitab Haalah ahlil haqiqah ma’allah.

الابتلاء على نوعين: اكرام و إهانة فكل بلاء يقربك من المولى فهو فى الاسلام بلوى وفى الحقيقة زلفى. فكل بلاء يبعدك عن المولى فهو فى الحقيقة بلوى الا ترى أن الله تعالى إبتلى إبراهيم عليه السلام وكان سبب إبتلاءه الخلة والقربة. وابتلى إبليس وكان سبب إبتلاءه اللعنة والفضيحة. فقال إبراهيم فى البلوى حسبى ربى وقال إبليس حسبى نفسى فنودى لإبراهيم عليه السلام بالخلة (الخليل) ولإبليس باللعنة.

Syaikh Ahmad Rifai berpendapat bahwa Bala’ itu dua sisi fungsi Fungsi meningkatkan derajat kemuliaan seseorang atau kaum yang tertimpa bala’ atau sisi merendahkan derajat kehinaan bagi seseorang atau suatu kaum. Maka setiap balak yang mendekatkan diri kepada Allah maka di dalam Islam disebut Balwa (petaka) namun secara substantif (haqiqah) adalah pendekatan diri kepada Allah. (zulfaa). Dan setiap bala’ yang menjauhkan diri kepada Allah maka secara hakikat itu adalah malapetaka. Apa Anda tak tahu bagaimana Nabi Ibrahim diuji (ibtila’) oleh Allah maka sebab dia diuji karena sebab dikasihsayangi dan tambah dekat dirinya kepada Allah. Sementara Iblis diuji justru sebab diuji Karena Laknah Allah dan Kehinaan. Ibrahim As saat diuji selalu berucap cukuplah Allah menjagaku dan mencukupi kehidupanku.

Sementara Iblis berucap cukup aku yang menanggungnya. Dengan demikian Ibrahim disebut Khalilullah. Sedangkan Iblis disebut Laknatullah.

Nah, Musibah Covid-19 yang menimpa masyarakat Indonesia bahkan dunia saat ini, apakah bisa menjadi musibah positif bagi semua kita atau menjadi balak negatif bagi kita juga. Tergantung pada sikap hati, pikiran dan tindakan kita dalam menerima ketentuan dan ketetapan Allah swt terhadap diri kita sebagai hamba-Nya.
Berangkat dari fungsi musibah di atas, Imam Syafii radhiyallahu anhu memberikan kita, minimal 12 nasihat dan ajaran positif sekaligus tips menjalani dan menghadapi musibah demi musibah yang melanda diri kita, bangsa dan negeri ini. yang saya kutip dari kitab, Diwan al-Imam Al-Syafii, ديوان الإمام الشافعى, Makkah: Maktabah Tijariyyah, 1409 H/1988 M. Cet.1. h. 21-22 sebagai berikut:

Pertama: طيب النفس/النفس الطيبة ( kesiapan Mental-psikologi yang stabil-Jiwa yang baik)
دع الأيام تفعل ما تشاء * وطب نفسا إذا نزل القضاء.
Menghadapi cobaan apapun bentuknya harus disiapkan mental psikis yang kuat untuk menjalani keputusan Allah itu.

Kesiapan jiwa kita ini sesungguhnya bisa dilihat dari perspektif para pakar psikologi atau ahli jiwa. Menurut Psikoanalisa-terutama Freud menjelaskan stuktur psikis manusia terdiri dari tiga sistem ID, (dorongan instink biologis) EGO, (kesadaran terhadap realitas kehidupan). SUPEREGO. (kesadaran normatif). Sementara psikis manusia memiliki tiga kesedaran yaitu consciusness (kesadaran) pre consciousness (bawah sadar, ambang sadar) dan unconsciousness (ketidaksadaran). Menurut Behaviorisme psikis manusia terstruktur dalam empat ranah: kognisi (cipta), apeksi (rasa) konasi (karsa) psikomotor (karya) (Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, h. 97-98).

Dalam Perspektif lain seperti Psikologi Humanistik (Height Psychology) memandang struktur jiwa manusia secara vertikal ke dalam melalui struktur jiwa manusia dari luar ke dalam terpola dalam tiga dimensi (dimensi somatis (raga) dimensi psikis (jiwa) dimensi neotik (rohani/spiritual).

Sedangkan Menurut Psikologi Islami, Manusia adalah makhluk unik (istimewa) makhluk satu wujud dua dimensi (two in one) yang terdari dari jasmani dan rohani. Dimensi rohani yang dengan nafs memiliki unsur-unsur: al-nafsu, al-aql, al-qalb, al-ruh, dan al-fithrah. Unsur-unsur ini membentuk komposisi yang sistematis utuh, integritas, dan sempurna. (Burhanuddin, Paradigma Psikologi Islami, h. 300-312).

Imam Syafii dengan tegas memberikan jaminan bahwa jiwa yang tenang psikis yang kuat menjadi filter utama dalam menyikapi dinamika gelombang kehidupan kemanusiaan termasuk dalam menghadapi corona ini.

Kedua: Adamul Jaza’i (عدم الجزع) Tidak Boleh Panik, Kaget, Cemas terhadap musibah yang Menimpanya.
ولا تجزع لحادثة الليالى * فما لحوادث الدنيا بقاء.
(Jangan pernah Panik, cemas Dengan Peristiwa-peristiwa siang dan malam* sebab peristiwa-peristiwa duniawi itu tak akan selamanya).

Musibah seperti wabah Corona ini harus dihadapi dengan tenang dan rileks sebab jika hati panik pikiran stres justru dapat mendatangkan penyakit baru bahkan bisa kena penyakit itu karena imun tubuh lemah dan turun akibat kepanikan dan kecemasan. Justru itu imam Syafii memberikan tips untuk tidak panik tidak cemas terhadap musibah yang menimpanya. Hal ini sejalan dengan teori Ibn Sina: الوهن نصف الداء والأطمئنان نصف الواء والصبر بداية الشفاء
Kepanikan dan Kecemasan adalah setengah dari penyakit sedangkan Ketenangan adalah setengah dari pengobatan dan kesabaran adalah permulaan dari kesembuhan.

Ketiga: (الجلد على الأهوال) Kuat Fisik, Kuat Mental) dalam menghadapi wabah yang mencemaskan.
وكن رجلا على الاهوال جلدا * وشيمتك السماحة والوفاء
(Jadilah orang yang kuat mental-fisik atas segala yang mengecewakanmu-Sikapmu Senyum Simpul penuh kelapangan dada dan kepatuhan)
Sikap Mental yang kuat dapat memberikan motivasi yang kuat atas jiwa setiap orang. Meminjam istilah Abraham Horald Maslow (1908-1970) menyebutnya dengan Meta-Motivasi. Menurutnya, ada tiga kelompok motivasi manusia dalam bertingkah: motivasi biologis, motivasi psikologis, dan meta-motivasi.
Dalam perspektif Psikologi Islam, ada yang disebut motivasi jismiyyah: motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan fisik biologis. Motivasi Nafsiyyah: motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan psikologis seperti rasa aman, nyaman, seksual, penghargaan diri, rasa cinta, dan rasa memiliki. Motivasi Ruhaniyyah: sebagai motivasi utama, yang bersifat spritual dalam bentuk aktualisasi diri dalam menjalankan ritualitas agama dan kebaikan hati dalam menjalankannya.

Keempat: الشيمة : السماحة والوفاء) Tindakan Respektif: Kelapangan Dada dan Kepatuhan.
Tips ini sangat penting bagi kita semua, terutama dalam menghadapi wabah corona ini. Wabah ini tak akan pernah berakhir jika kita sendiri tak pernah berusaha respek terhadap strategi menangani dan menghadapinya. Kata kuncinya adalah kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud imam Syafii adalah kepatuhan diri terhadap perintah yang ada hubungannya dengan wabah itu. Pemerintah telah mengeluarkan instruksi dan perintah untuk diam di rumah (stay at home, Pysical Distancing, bahkan Tidak dibolehkan shalat Jumat dan berjamaah di masjid) adalah bukti kepatuhan terhadap keselamatan dan kesehatan bersama.

Kelima: غطاء السر (Menutup kerahasiaan)
Imam Syafii menegaskan:
وإن كثرت عيوبك فى البرايا * وسرك أن يكون لها غطاء
(sekiranya aibmu banyak terjadi pada manusia-Jadikanlah Penutup terhadap aibmu itu dengan Kerahasianmu)
Kejadian-kejadian dalam hidup tentu ada sisi negatifnya kemudian itu menjadi aib bagi kita. Jika aib usahakan kita rahasiakan agar tidak menambah beban stress dalam hidup. Jadilah orang yang pintar menyembunyikan aib orang agar orang tersebut tak merasa dihakimi dan tersakiti secara psikis.

Keenam: السخاء : Berbagi Sosial. Filantropi Sosial-kedermawanan hidup.
تستر بالسخاء فكل عيب * يغطيه كما قيل السخاء
(Tutupilah semua masalah itu dengan kedermawanan sebab semua aib cacat cela akan tertutupi oleh sifat berbagi sosial)
Saat manusia dilanda musibah, sikap yang paling baik adalah sikap berbagi harta benda kepada sesama manusia untuk mengurangi beban hidup dan kehidupan mereka. Apalagi dengan wabah covid-19 ini sangat membutuhkan bantuan sosial semua orang. Di sinilah sikap Sakho’ atau istilah David O. Sears dengan istilah Prilaku Altruisne sebagai tindakan sukarela yang dilaksanakan oleh setiap orang untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan apapun kecuali perasaan kepuasan melakukan kebaikan. Senada dengan Firman Allah swt.
ويؤثرون على أنفسهم ولو كان بهم خصاصة.. الأية.

Ketujuh: (ازالة البغض والشماتة) Menghilangkan Kedengkian-Permusuhan.
ولا تر للأعادى قط ذلا * فإن شماتة الأعداء بلاء.
(jangan pernah memandang remeh dan hina terhadap orang tak anda senangi* sebab kebencianmu terhadap musuh itu adalah bala’ – musibah besar).

Menghadapi musibah tak boleh saling gontok-gontokan, tidak boleh terjadi perselisihan apalagi konflik lantaran wabah dan kebijakan menghadapi wabah. Karena itu bisa menambah parahnya permasalahan yang sedang terjadi. Nasihat Imam Syafii ini patut untuk menjadi pembelajaran bagi kita semua masyarakat Indonesia.

Kedelapan: عدم رجاء شئ من البخيل.
Tak Mengharap Pemberian dari orang yang pelit.

Psikologi seseorang jika meminta sesuatu jika tidak dipenuhi bisa berakibat kecewa, cemas bahkan bisa marah. Penting dihadirkan sikap tak terlalu berharap belas kasihan orang karena bisa jadi itu tak akan terjadi bagi kita. Inilah teori Imam Syafii :
ولا ترج السماحة من بخيل * فما فى النار للظمآن ماء.
(Tak elok mengharap pemberian dari orang yang bakhil tak ubahnya seperti bayangan Fatamorgana yang dikira Air bagi yang kehausan)

Kesembilan: التأمل برزق الله (Optimis terhadap Karunia Allah swt)
Membangun optimisme dalam hidup adalah bagian dari terapi kehidupan. Bagian dari solusi hidup. Sebab kehidupan seberat apapun dinamikanya jika terbangun sikap Husnuzzhon – optimistis maka akan menjadi ringan. Terlebih dalam suasa wabah Corona kita harus bangun jiwa optimistis bahwa Corona ini pasti kita bisa lalui dan hadapi dan pasti berakhir. Inilah yang dimaksudkan oleh statemen Imam Syafii.
ورزقك ليس ينقصه التأني * وليس يزيد فى الرزق العناء.
(rizkimu tak akan berkurang oleh keluh kesahmu* dan sikap pasrah itu juga tak akan bisa menambahkan rizki bagimu)
Motivasi hidup adalah ketercapaian kebahagiaan materi dan immateri. Keseimbangan antara nikmat duniawi dan ukhrawi. Maka jangan pernah lalai dalam mencari karunia rizki ilahi dan jangan pernah Pesimis dalam menapaki kehidupan yang penuh pancaroba ini.

Kesepuluh: التعادل بين الحزن والسرور رالبؤس والرخاء)
Keseimbangan dalam menyikapi kehidupan, tak berlebihan dalam kesenangan tak berlebihan dalam kesedihan)
Imam Syafii menegaskan:
ولا حزن يدوم ولا سرور * ولا بؤس عليك ولا رخاء
(dan tak ada selamanya dalam keadaan sedih begitu jua tak selamanya bahagia. Begitu juga tak selamanya ada dalam kondisi berada juga tak selamanya ada miskin papa)
Sekali lagi Imam Syafii membangkitkan semangat optimisme kita dalam melanggengkan kehidupan. Kehidupan itu silih berganti tak ada yang menetap selamanya semua berputar seperti perputaran siang dan malam. Maka Jadilah orang yang selalu siap siaga dalam kebaikan diri dan kebaikan terhadap orang lain.

Kesebelas : قنوع القلب ( Ketenteraman Hati-Hati yang Qoni’-berterima atas apa yang ada)
Imam Syafii menegaskan:
إذا ماكنت ذاقلب قنوع * فأنت ومالك الدنيا سواء
(jika Anda memiliki hati yang tenang* sesungguhnya rasa hidup itu sama saja kehidupan anda dengan Raja sekalipun)
Kemampuan menahan hawa nafsu berupa ketamaan-kerakusan-tak pernah puas dalam hidupnya merupakan penyakit yang berbahaya bahkan bisa lebih berbahaya dari wabah korona. Karena penyakit ini tak hanya mengganggu diri sendiri namun mengganggu banyak orang. Sehingga terapi yang paling ampuh adalah berusaha menjadi orang yang hidup dalam dimensi ketenangan dan kecukupan bukan kehidupan yang berlebihan.

Terakhir: Keduabelas: الإستعداد ليوم المعاد (Kesiapan diri menghadapi hari kembali nanti)
ومن نزلت ساحته المنايا* فلا ارض تقيه ولا سماء
وارض الله واسعة ولكن * إذا نزل القضا ضاق الفضاء
دع الأيام تغدر كل حين * فما يغني عن الموت الدواء
(Jika ajal telah tiba menjumpai * maka tak ada langit dan bumi yang bisa melindungi) Bumi allah sangatlah luas * tapi jika ada Musibah Qadha’ maka dunia terasa sempit. Biarlah segala sesuatu berlalu seperti apa adanya sebab kita semua tak akan ada obat jika ajal telah menjemput)

Kesedian dan kelapangan dada sebagai kondisi psiko-spiritual yang ditandai kemampuan menerima berbagai kenyataan yang tidak menyenangkan dengan tenang dan terkendali. Sekurang-kurangnya terdapat enam ciri kepribadian yang siap dan tangguh dalam menghadapi musibah ini:

Pertama: Kesadaran Spiritualitas (Spiritual Awarness) sebagai ujian dari Allah swt.
Kedua: Kesiapan psikologis (psychological preparatory) kesiapan untuk menerima stimulasi yang tidak menyenangkan.
Ketiga: keyakinan akan kesanggupan diri menanggung beban.
Keempat: Pertaubatan.
Kelima: pencarian hikmah (seeking meaning) dan keenam: Berpikir positif tentang masa depan (positive thinking).

Itulah Pembelajaran yang bisa kita petik dari nasihat imam yang mulia Imam Syafii radhiyallahu anhu. Semoga bermanfaat untuk kita semua. (fahrurrozi dahlan: roziqi_iain@yahoo.co.id)