NW Online | Selasa, 19 Maret 2019 02:30
Sudah tidak bisa diragukan lagi akan kemuliaan dan keagungan ilmu pengetahuan terlebih kepada ahlinya (pemilik ilmu, Ulama).
Sesuai dengan petunjuk-petunjuk agama, kita sangat dianjurkan untuk memuliakan ilmu dan ahlinya, kita harus memberikan penghargaan setinggi-tigginya terhadap ilmu dan ahlinya.
Maka pengagungan dan penghargaan tinggi itu juga serupa kita berikan kepada para waliyullah, bahkan penghormatan itu jauh lebih tinggi terlebih ketika mereka telah tiada. Lihatlah beberapa makam para waliyullah selalu dipenuhi oleh para peziarah. Maka sebahagian masyarakat mampu membacanya dan memahami fenomena ini dengan baik dan membacanya dengan bagian daripada tradisi islam. Namun sebahagian orang tidak memahami akan hal itu bhakan menganggapnya sebagai se uatu yang tidak pantas untuk dilakukan. Mereka menganggap posisi orang alim itu lebih tinggi daripada waliyullah, padah tidaklah demikian karena posisi waliyullah ada diatas posisi orang alim.
Karena jika para orang alim adalah mereka yang menguasai masalah furu’ dan ushul dalam ajaran agama Islam yang membentang dari hal aqidah, syariah, tafsir, hadits dan seterusnya. Maka sesungguhnya para waliyuah yang telah mencapai ma’rifat kepada Allah swt, dan membenamkan diri dalam pengabdian kepada-Nya setulus hati untuk selamanya dengan rela mengorbankan berbagai kesenangan duniawi dan syahwat rohani, maka sesungguhnya wali itu lebih utama posisinya dibandingkan para alim.
As-Syaikh Zainuddin al-Malibary mengatakan dalam Hidayatul Adzqiya’ :
والعارفون بربهم هم أفضل # من أهل فرع والأصول تكملا
فلركعة من عارف هى أفضل # من ألفها من عالم فتقبلا
Dan mereka orang-orang yang mengenal (makrifat) Tuhannya lebih afdhal (utama) dibandingkan para ahli furu’ dan ahli ushul yang sempurna. Sesungguhnya satu raka’at yang dilakukan orang arif (wali) itu lebih utama dibandingkan seribu raka’at orang alim. Terimalah keterangan ini.
Begitu pula keterangan Sayyid al-Bakri Ibn Sajjid Muhammad Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya Kifayatul Atqiya’ wa Minhajul Ashfiya’ beliau menjelaskan,
وذلك بأن العلم يشرف بشرف المعلوم وبثمراته فالعلم بالله وصفاته أشرف من العلم بكل من الفروع والأصول لأن متعلقه أشرف المعلومات وأكملها
Bahwasanya kemuliaan orang yang berilmu (alim) itu sangat tergantung dengan ilmunya dan fungsi dari ilmu tersebut yang sangat terbatas. Akan tetapi kemuliaan para wali (al’arifuuna billah) orang yang mengerti Allah swt itu tergantung kepada yang Maha Mengetahui yang pengetahuan-Nya sangat sempurna dan amat mulia (yang tanpa batas – tanpa tanding).
Wallahu a’lamu bisshawab
Sumber: NU Online