NW Online | Sabtu, 19 Oktober 2019 01:00

Endak me’ miak perpecahan lek paden baturme’ pade istiqomah endakme’ ngajum kesugian kepinteranme’ doing. (Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Anfanany. 14 Dsesember ’96)

(Qaul Maulana Syaikh dalam bahasa sasak)

(Jangan kamu buat perpecahan dengan sesame temanmu, Istiqomahlah dalam berbuat kebaikan, janganlah kamu membanggakan kekayaan dan kecerdasanmu saja)

Kurang lebih 23 tahun yang silam, Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Anfanany Al-Masyhur (Pendiri NWDI, NBDI dan NW) telah berpesan kepada kita semua sebagai ummat muslim wabil khusus bagi warga nahdliyin tentang arti dan pentingnya persatuan dan kesatuan baik dalam beragama, bernegara maupun berorganisasi. Bila persatuan bisa terwujud dengan baik, tentunya keutuhan, persaudaraan, kesepakatan, dan perkumpulan akan terlahir dengan baik. Ingat! Persatuan merupakan perkara yang diperintahkan oleh Allah SWT. Hal itu telah jelas dalam firman-Nya dalam surah Ali-Imran ayat ke-103:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS. Ali Imran : 103)

Dan selanjutnya Maulana Syekh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid berpesan supaya kita jangan sampai terlalu membanggakan diri terhadap apa yang pernah kita miliki, marilah kita menghargai orang lain karena di atas orang yang berilmu masih ada orang yang lebih dari itu, di atas langit masih ada langit. Janganlah ingin selalu dipuji atau disanjung karena pujian seseorang secara langsung kepada orang lain dapat menimbulkan perasaan ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya. Semakin terasa dengan pujian tersebut maka ia semakin merasa besar dan semakin dekat dengan kebinasaan karena orang yang mempercayai pujian itu akan selalu merasa bangga dan dirinya punya kelebihan sehingga menjadikannya malas untuk berbuat kebajikan.

Apabila seseorang telah meraih kesuksesan dari apa yang pernah diusahakan, hilangkanlah sifat ujub tersebut dan kembali kepada Rahman Rahim Allah, janganlah dengan kesuksesan tersebut kita mengkerdilkan orang lain dan kita merasa telah mencapai segala-galanya. Jangan mudah dirasuki perasaan ujub, semuanya dari Allah semata.

Tapi entah apa yang merasukimu?

Dan satu hal permasalahan yang sering muncul adalah adanya sifat ujub yang terlahir dari anugerah kecerdasan yang tidak cerdas digunakan oleh pemiliknya. Kita sebagai hamba-Nya tentunya sudah mengerti bahwa kita berasal dari air mani yang kotor dan hina dan akan kembali tenggelam dalam tanah. Bentuk rupa jasmani yang sempurna janganlah menjadi kebanggaan yang lebih pada diri kita ingatlah kegagahan dan kecantikan itu sementara kecuali kecantikan hati untuk selalu berhati-hati menjaga hati agar benar-benar hati ini punya hati kepada orang lain sehingga Allah memandang kita sepenuh hati karena hakekat kita sendiri berasal dari sang Ilahi. Jauhilah bisikan setan yang merasa kagum dengan diri sendiri.

Sumber: Buku Seberkas Sinar dari Al-Abror. Jilid : 1