NW Online | Ahad, 16 Juni 2019 06:00

Pada kajian sebelumnya kita telah mengkaji salah satu warisan dari berbagai warisan Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Anfanany yaitu ILMU DASAR yang kita jadikan pegangan. Pembahasan selanjutnya pada pembahasan kedua yakni WASIAT.

Wasiat adalah pesan seseorang yang masih hidup untuk dilaksanakan oleh orang yang masih hidup setelah pemberi wasiat itu wafat. Pelaksana wasiat adalah mereka yang dikhitab (dituju) oleh pemberi wasiat itu. Wasiat dimaksud dalam mudzakarah ini adalah Wasiat Renungan Masa yang ditulis oleh Maulana berbentuk buku (buku wasiat). Dalam mukaddimah-nyan wasiat itu ditujukan kepada anak dan muridnya. Bahkan mukaddimah ini ditulis langsung (tulis tangan) oleh almagfurulahu Maulana al-Syaikh dan digoreskan dalam tulisan di papan tulis dan didokumentasijkan dalam foto. Wasiat itu berbunyi :

إن آكرمكم عندي أنفعكم لنهضة الوطن # وأن شركم عندي أضركم بنهضة الوطن

(Sesungguhnya yang paling mulia disisiku)

(adalah yang paling bermanfaat kepada NW)

(dan sesungguhnya yang paling jahat padaku)

(adalah yang membawa mudarat bagi NW)

Ukuran kemuliaan anak dan murid disisi almagfurulahu Maulana al-Syaikh adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada Nahdlatul Wathan. Bukan memberi manfaat kepada Maulana sendiri dan keluarganya. Sementara sejahat-jahatnya anak dan murid di sisi almagfurullah Maulana al-Syaikh adalah yang paling banyak membawa mudlarat bagi Nahdlatul Wathan.

Sebagai pribadi, orang tua dan guru, Abul Madaris wal Masajid itu meninggalkan wasiat. Wasiat itu jauh sebelum wafatnya ditulisnya sebagai bahan renungan, pelajaran, dan visi perjuangan bukan semata wasiat untuk dilaksankan pasca-wafat. Wasiat itu ada yang menyasar anak dan murid. Ada juga wasiat yang mengkhusus kepada putrinya, Rauhun dan Raihanun seperti :

Wahai anakku Rauhun Raihanun

Tetapkan diri selangkah seayun

Membela NW turun menurun

Bertangga naik berjenjang turun

Wasiat juga berisi wasiat untuk umum yakni seluruh ummat Islam. Wasiat secara umum adalah wasiat perjuangan baik spirit perjuangn, rahasia perjungan nilai-nilai luhur perjuangan, hikmah dan dinamika perjuangan, termasuk antisipasi langkah perjuangan Wasiat Renungan Masa adalah prediksi dan ekspektasi bahkan ramalan Maulana setelah membaca prubahan zaman dan arah perubahan zaman.

Wasiat Renungan Masa dalam bentuk puisi (syair) tersebut adalah rahasia Allah swt dan rahasia penyusunnya. Pada saat beliau diminta untuk mengajar-kan Wasiat,  beliau menolak. Sekitar tahun 1994 seorang santri Ma’had meminta untuk diajarkan dalam jam pelajaran pertama dan kedua di Mushallah al-Abrar, penulisnya tidak berkenan. Pemilik wasiat fenomenal itu menyatakan mengaji Wasiat terlalu berat.

Wasiat tertulis terutama dalam buku ‘Wasiat Renungan Masa’ adalah karamah Maulana al-Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Yang paham tentu hanya yang memahaminya, yang tidak paham tentu saja tidak paham. Yang paham juga belum tentu paham keseluruhannya. Ada bahasa kewalian dan rahasia kewalian yang hanya kalangan auliya yang paham itu. Tegas, karena wasiat adalah min-karamatiy almagfurulahu Maulana al-Syaikh. Kelas penikmatnya ada dua yakni ’kelas paham’ dan ‘kelas awam’.

فهمه من فهممه, جهله من جهله

[Paham yang paham, awam yang awam]

Sebaga pemberi dan penulis wasiat, beliau – dimasa hayat – tidak berkenan mengajarkan wasiat, lalu bagaimana upaya memahami sendiri (self-learning, self-undersatanding). Dalam berbagai kesempatan ditegaskan agar warga NW berusaha memahami wasiat meskipun beliau tidak  mau  mengajarkan langsung. Wasiat itu adalah Ilmu Hikmah (values). Ia tidak diajarkan sebagai ilmu tetapi diajarkan sebgai alamiyah (berbuat-beramal) dan kesadaran melalui proses perenungan dan riadhah (pelatihan).

Wasiat (mukaddimah) adalah wasiat untuk anak dan murid. Ada dua tagihan atau tuntutan dalam memandang anak sekaligus murid beliau adalah kriteria ta’at atau loyalis (aufiya) dan kriteria intelektual-profesional (‘uqola). Tidak cukup loyal untuk berjuang , untuk dekat, untuk menjadi warga NW yang baik. Tidak cukup kadar kecerdasan, level dan prestasi alkademik yang tinggi untuk menunjukkan superioritas dikancah perjuangan NW, ditengah masyarakat awam. Nahdlatul Wathan tepatnya pendiri NW, Maulana al-Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid beharap nahdliyyin yang loyal sekaligus profesional.

Sumber: Buku Pertama Trilogi Cinta Maulana “Menyusuri Keagungan Cinta Maulana” (Catatan Murid Maulana, dari Majlis Al-Aufiya’ wal-Uqala’)